Angin dan matahari adalah anugerah Tuhan yang tidak terbatas yang tidak pernah habis-habisnya sejak bumi ini diciptakan sampai sekarang. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini manusia mulai menciptakan pembangkit listrik tenaga angin dan matahari. Selain pembangkit-pembangkit listrik lain yang sudah lama digunakan oleh manusia diantaranya (PLTA, PLTU, PLTG, PLTN dan lain) yang sudah tersosialisasi pada Negara-negara maju dan berkembang. Pembangkit listrik tenaga angin dan matahari sangat cocok untuk wilayah pesisir pantai yang memiliki cuaca yang berubah-ubah. Seperti pada Nusa Tenggara Timur terutama di desa Oeledo Ka-bupaten Rote menjadi desa percontohan pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dan matahari. Karena kondisi Negara Kepulauan Republik Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan dihuni oleh masyarakat pesisir, yang memiliki tingkat ekonomi dan sosial budaya sangat memprihatinkan, salah satu penyebab utama minimnya ekonomi dan sosial budaya masyarakat pesisir adalah karena tidak adanya listrik. Pembangkit listrik tenaga angin dan matahari merupakan teknologi hibrida yang terbilang baru dan ramah lingkungan, pertama diperkenalkan oleh Guiseppe seorang doktor dari perusahaan listrik Italia tahun 1995. Dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga angin saja maupun tenaga matahari saja, teknologi hibrida ini jelas lebih tinggi karena tak sepenuhnya bergantung pada matahari. Maka, bila langit medung atau malam tiba dan matahari lenyap, pembangkit listrik akan digerakkan oleh kincir angin jadi listrikpun tetap mengalir. Sebaliknya, ketika angin sedang loyo berhembus, panel-panel sel surya penangkap sinar matahari bisa terus memasok listrik. Pembangkit listrik ini cocok untuk daerah yang cuacanya sering berubah-ubah seperti di pesisir pantai. Teknologi pembangkit listrik ini sebenarnya tak rumit. la terdiri dari tiga bagian utama yaitu : Kincir angin. Panel berisi sel surya dan Penyim-panan listrik seperti terlihat pada Gambar 1. Angin bertiup, bilah-bilah kincir akan bergerak memutar dinamo (dynamo) yang membangkitkan arus listrik. Listrik ini kemudian disalurkan ke bagian penyimpanan yang berupa sejumlah aki mobil. Pada saat yang sama, ketika matahari bersinar panel sel surya akan menangkap sinar untuk diubah juga menjadi listrik. Panel ini berisi sel photovoltaic yang terbuat dari dua lapis silicon. Ketika terkena sinar matahari, dua lapisan silicon akan menghasilkan ion positif dan negative, dan listrikpun akan tercipta. Listrik dari panel surya dan kincir angin itu masih berupa arus searah (direct current, DC). Padahal alat rumah tangga seperti televisi, radio, kulkas, dll, membutuhkan listrik berarus bolak-balik (alternating current, AC). Untuk itulah dibutuhkan inverter, pengubah arus DC menjadi AC 220 Volt. Pembangkit listrik ini bisa menghasilkan daya 50 kilowatt atau cukup untuk 600 kepala keluarga, dengan masing-masing keluarga memakai daya listrik 450 watt. Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari Kelebihan : 1. Ramah Lingkungan (environmental friendly) 2. Praktis digunakan pada wilayah pesisir pantai 3. Tidak memerlukan perawatan khusus 4. Teknologinya tidak rumit 5. Disainnya dari bahan yang tidak mudah karatan (korosi) 6. Mudah mengoperasikan Kekurangan : 1. Butuh biaya yang cukup besar untuk pembelian dan pelatihan operator teknis 2. Tersedianya suku cadang dan aki mobil yang cukup, apalagi letaknya jauh di pulau Desa Percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari Berkat angin dan sang surya, desa Oeledo yang terpencil di tepi Selat Timor, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur itu kini tidak lagi sunyi, malam-malam tak lagi gelap. Inilah listrik yang lahir dari perkawinan sang angin dan matahari. Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun 1997 oleh E7 (konsorsium perusahaan listrik dari tujuh negara maju, yakni : Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Italia, Inggris dan Amerika Serikat). Desa Oeledo dipilih karena letaknya terisolasi, punya potensi angin dan matahari yang cukup, serta belum ada listrik dari PLN seperti pada Gambar 2. Masyarakat desa Oeledo sebelum ada listrik kondisinya sangat memprihatinkan (nelangsa), Ketika listrik mulai mene-rangi desa, kehidupan warga Oeledo pun membaik. Mesin jahit, frezer pendingin, alat tenun, gergaji listrik dan industri rumahpun tumbuh dengan pesat. Rata-rata perbulan masyarakat desa Oeledo membayar listrik Rp.5.000 perbulan untuk daya 450 watt (tahun 1997). Masalah Masyarakat Pesisir Saat ini Masalah utama masyarakat pesisir yang tinggal di pulau terpencil adalah tidak tersedianya listrik, jadi masyarakat memanfaatkan hasil pertanian berupa kelapa dibuat kopra untuk minyak goreng dan dimanfaatkan sebagai obor atau bahan bakar lampu dinding serta ada juga yang sudah menggunakan minyak tanah untuk penerangan (lampu petromaks), tapi tidak sedikit masyarakat pesisir yang pernah menggunakan Generator Disel beralih ke penerangan tradisional karena mahalnya BBM (Dahuri, R., 1998). Kondisi masyarakat yang bermukim pada daerah pesisir terutama pada pulau terpencil ini sangat terisolir karena lokasinya yang jauh dan sulit dijangkau, menyebabkan masyarakat pesisir terutama pulau terpencil memiliki keterisolasian yang tinggi dan keterbelakangan pembangunan. Sementara itu, perhatian pemerintah baik di pusat maupun daerah masih sangat rendah. Menurut Dephan (2003) dan Dishidros TNI AL (2003) dan 17.504 pulau-pulau yang dimiliki Indonesia, terdapat 92 pulau-pulau kecil berada pada posisi terluar, 67 pulau di antaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga sebagai pulau-pulau kecil perbatasan. Dan 67 pulau tersebut (28 pulau berpenduduk dan 39 pulau belum berpenduduk). Sedangkan 12 pulau di antaranya rawan penguasaan efektif oleh Negara lain. Kehidupan masyarakat yang ber-mukim pada 28 pulau yang berpenduduk, umumnya sebagai nelayan sehingga keterbelakangan dan kemiskinan akibat keterisolasian ini menjadi pemicu tingginya keinginan masyarakat setempat menjadi pelintas batas, guna memperbaiki perekonomiannya. Kesenjangan safana dan prasarana wilayah menjadi pemicu orientasi perekonomian masyarakat negara tetangga bagi masyarakat pesisir yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti kasus Pulau Sebatik, misalnya aksebilitas ke Kota Tawao (Malaysia) lebih mudah dibandingkan aksebilitas ke Kota Nunukan. Sosialisasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari Untuk Masyarakat Pesisir Kalau dilihat dan kondisi ekonomi masyarakat pesisir yang umumnya mengandalkan musim untuk menangkap ikan di laut, maka pendapatan penghasilan tiap bulan tidak menentu. Untuk itu perlunya sosialisasi pembangkit listrik tenaga angin dan matahari sebagai langkah awal bangkitnya kehidupan masyarakat pesisir untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang Adil dan Makmur (Pembukaan UUD 1945). Untuk mewujudkan impian masyarakat pesisir ini perlu kerjasama melalui kemitraan antara Instansi Kebaharian dalam mensosialisasikan Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari seperti yang sudah beroperasi di Desa Oeledo, Nusa Tenggara Timur. Pandangan kedepan untuk kemajuan seluruh masyarakat Indonesia perlu perhatian yang serius bagi masyarakat pesisir yang bermukim di pulau oleh pemerintah pusat, daerah dan TNI, dengan mensosialisasikan Pembangkit Listrik ini dalam rangka mengentaskan ketertinggalan saudara-saudara kita yang bermukim di pulau terpencil, karena mereka juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia dalam satu kesatuan NKRI.© Dikutip dari : www.tnial.mil.idStruktur Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari
TEKNOLOGI MATAHARI DAN ANGIN YANG RAMAH LINGKUNGAN
Diposting oleh Environment on Sabtu, 22 Agustus 2009Pendahuluan
Pendidikan yang baru dan termasuk paling penting pada masa sekarang ialah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkaitan dengan pengetahuan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda’ ra. pernah menjelaskan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah SAW telah diajarkan tentang pentingnya bercocok tanam dan menanam pepohonan serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi adalah termasuk ibadah kepada Allah SWT.[1]
Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an dan As Sunnah yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif. Ada beberapa tentang lingkungan dalam Al-Qur’an, antara lain : lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya vital dan problematikanya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah serta solusi pengelolaan lingkungan[2].
Adapun As-Sunnah lebih banyak menjelaskan lingkungan hidup secara rinci dan detail. Karena Al-Qur’an hanya meletakkan dasar dan prinsipnya secara global, sedangkan As-Sunnah berfungsi menerangkan dan menjelaskannya dalam bentuk hukum-hukum, pengarahan pada hal-hal tertentu dan berbagai penjelasan yang lebih rinci.
1. Lingkungan Sebagai Suatu Sistem
Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. [3] Lingkungan terdiri atas unsur biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (udara, air, tanah, iklim dan lainnya). Allah SWT berfirman :
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS. 15 : 19-20)
Hal ini senada dengan pengertian lingkungan hidup, yaitu sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.[4] Atau bisa juga dikatakan sebagai suatu sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
2.Pembangunan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT berfirman :
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. 67 : 15)
Akan tetapi, lingkungan hidup sebagai sumber daya mempunyai regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau penggunaannya di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, maka sumber daya terbaharui dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsinya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.[5]
Oleh karena itu, pembangunan lingkungan hidup pada hakekatnya untuk pengubahan lingkungan hidup, yakni mengurangi resiko lingkungan dan atau memperbesar manfaat lingkungan. Sehingga manusia mempunyai tanggung jawab untuk memelihara dan memakmurkan alam sekitarnya. Allah SWT berfirman :
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata : “Hai kaumku, sembalah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) dan lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya).” (QS. 11 : 61)
Upaya memelihara dan memakmurkan tersebut bertujuan untuk melestarikan daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara berkelanjutan pertumbuhan dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Walaupun lingkungan berubah, kita usahakan agar tetap pada kondisi yang mampu untuk menopang secara terus-menerus pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita dapat terjamin pada tingkat mutu hidup yang makin baik. Konsep pembangunan ini lebih terkenal dengan pembangunan lingkungan berkelanjutan.[6]
Tujuan tersebut dapat dicapai apabila manusia tidak membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik.” (QS. 7 : 56)
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita tentang beberapa hal, diantaranya agar melakukan penghijauan, melestarikan kekayaan hewani dan hayati, dan lain sebagainya.
“Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka.” (HR. Abu Daud dalam Sunannya)
“Barangsiapa di anatara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari Kiamat.” (HR. Muslim)
”Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang yang lebih besar dari burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.” Ditanyakan kepada Nabi : “Wahai Rasulullah, apa kepentingan itu ?” Rasulullah menjawab : “Apabila burung itu disembelih untuk dimakan, dan tidak memotong kepalanya kemudian dilempar begitu saja.”[7]
3. Sumber Daya Vital dan Problematikanya
Manusia telah sedikit banyak berhasil mengatur kehidupannya sendiri (birth control maupun death control) dan sekarang dituntut untuk mengupayakan berlangsungnya proses pengaturan yang normal dari alam dan lingkungan agar selalu dalam keseimbangan. Khususnya yang menyangkut lahan (tanah), air dan udara, karena ketiga unsur tersebut merupakan sumber daya yang sangat penting bagi manusia.
Sumber Daya Lahan atau Tanah
Manusia berasal dari tanah dan hidup dari dan di atas tanah. Hubungan antara manusia dan tanah sangat erat. Kelangsungan hidup manusia diantaranya tergantung dari tanah dan sebaliknya, tanahpun memerlukan perlindungan manusia untuk eksistensinya sebagai tanah yang memiliki fungsi.[8] Allah SWT berfirman :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuhan-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak Beriman.” (QS. 26 : 7-8)
Dengan lahan itu manusia bisa membuat tempat tinggal, bercocok tanam, dan melakukan aktivitas lainnya.
Namun, pemandangan ironis di Indonesia terlihat cukup mencolok diantaranya penebangan hutan untuk ekspor (tanpa diikuti upaya peremajaan yang memadai) dan perluasan kota yang melebar, mencaplok tanah-tanah subur pedesaan. Polis berkembang menjadi metropolis untuk kemudian membengkak menjadi megapolis (beberapa kota besar luluh jadi satu) dan Ecumenopolis (negara kota). Akhirnya salah satu nanti akan menjadi Necropolis (kota mayat).[9]
Penebangan hutan tanpa diikuti peremajaan kembali menyebabkan rusaknya tanah perbukitan sehingga terjadi bencana tanah longsor. Apalagi adanya kebakaran hutan di Indonesia semakin menyebabkan rusaknya ekologi hutan. Padahal keberadaan hutan sangat berguna bagi keseimbangan hidrologik dan klimatologik, termasuk sebagai tempat berlindungannya binatang.[10]
Adanya pembangunan tata ruang yang kurang baik, seperti pembangunan kota dan perumahan, menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang subur. Selain itu, juga terjadi kerusakan tingkat kesuburan tanah yang disebabkan pemakaian teknologi kimiawi yang over dosis. Dan bahkan pemakaian pupuk kimiawi tersebut merusak ekosistem pertanian, diantaranya semakin resistensi dan resurjensinya hama dan penyakit tanaman. Sehingga hasil produksi pertanian pun menurun yang akhirnya berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi penduduk.
Melihat kenyataan tersebut, mestinya perkara konservasi tanah dan lahan sudah merupakan suatu keharusan, condition sine qua non, demi berlangsungnya kehidupan manusia. Usaha yang dapat dilakukan antara lain reboisasi, perencanaan tata ruang yang baik (lahan subur untuk pertanian dan lahan tandus untuk industri atau bangunan), dan penerapan sistem pertanian yang ramah lingkungan (pertanian organik atau lestari).
Sumber Daya Air
Selain lahan atau tanah, yang tak kalah pentingnya adalah air. “Everything originated in the water. Everything is sustained by water”. Manusia membutuhkan air untuk hidupnya, karena dua pertiga tubuh manusia terdiri dari air. Allah SWT berfirman : “Dan Kami beri minum kamu dengan air tawar ?” (QS. 77 : 27). Dan bahkan tanpa air seluruh gerak kehidupan akan terhenti.
Yang ironis adalah bahwa kekeringan datang silih berganti dengan banjir. Pada suatu saat kita kekurangan air, tapi pada saat yang lain justru kelebihan air. Mestinya manusia bisa mengatur sedemikian hingga sepanjang waktu bisa cukupan air (tidak kurang dan tidak lebih). Hal itu sebenarnya telah ditunjukkan oleh alam dalam bentuk siklus hidrologis dari air yang berlangsung terus menerus, volume air yang dikandungnya tetap, hanya bentuknya yang berubah. Allah SWT berfirman : “Demi langit yang mengandung hujan (raj’i)” (QS. 86 : 11). Kata Raj’i berarti “kembali”. Hujan dinamakan raj’i dalam ayat ini, karena hujan itu berasal dari uap air yang naik dari bumi (baik dari air laut, danau, sungai dan lainnya) ke udara, kemudian turun ke bumi sebagai hujan, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya. Atau terkenal dengan siklus hidrologik.
Kisah perjalanan air yang urut dan runtut itu telah memberikan kontribusi yang sangat vital pada daur kehidupan dan pembaharuan sumber daya alam. Namun manusia melakukan sesuatu yang menyebabkan terhambatnya siklus hidrologi tersebut. Manusia membuat saluran drainase dengan lapisan semen yang kedap air dan mengecor jalan dengan semen, sehingga air mengalir cepat ke laut dan mengingkari fungsinya sebagai pemberi kehidupan (life giving role). Dan menipislah persediaan air tanah.
Sungai-sungai yang dulu sebagai organisme yang mampu memamah biak benda-benda yang dibuang kedalamnya dan memberikan pasokan air bersih yang memadai untuk kehidupan. Sekarang sungai-sungai tersebut lebih berwujud berupa tempat pembuangan sampah yang terbuka, dijejali dengan limbah industri dan buangan rumah tangga yang tidak mungkin lagi atau tidak mudah dicerna guna menghasilkan air yang sedikit bersih sekalipun.
Kerusakan lingkungan pada ekosistem pantai yakni rusaknya hutan bakau (mangrove) di tepi pantai, seperti di Cilacap, dan rusaknya terumbu karang. Padahal hutan bakau dan terumbu karang sangat berfungsi bagi keseimbangan dan keberlangsungan ekosistem pesisir dan lautan, rantai makanan, melindungi abrasi laut dan keberlanjutan sumber daya lautan.[11]
Sumber Daya Udara
Selain kedua sumber daya tersebut di atas, ciptaan Allah SWT yang tidak kalah penting tetapi sering terlupakan atau disepelekan adalah udara. Padahal tanpa udara takkan pernah ada kehidupan. Tanpa udara bersih takkan diperoleh kehidupan sehat. Setiap hari rata-rata manusia menarik napas 26.000 kali berkisar antara 18 sampai 22 kali setiap menitnya.
Pentingnya udara sering diabaikan terutama karena sampai kini kita masih bisa memperolehnya tanpa harus mengeluarkan biaya. Padahal di Tokyo saat ini mulai dijual udara bersih (oksigen) dalam tabung. Suatu kejutan pertama yang menyadarkan manusia akan bahaya udara kotor terjadi di Inggris pada tahun 1952 yang dikenal dengan “The Great London Smog” yang menyebabkan sekitar 4000 jiwa melayang dan sejumlah besar penduduk menderita penyakit bronkitis, jantung dan berbagai penyakit pernapasan lainnya. Bahkan bangunan, lukisan, patung atau monumenpun hancur, karena asap dan gas mobil.
Polusi udara juga terjadi di Yogyakarta akibat konsumsi bahan bakar yang terus meningkat. Konsumsi tertinggi dari kendaraan bermotor (konsumsi bahan bakar solar dan bensin mencapai 170.000 liter pada tahun 1990-1991) dan kedua bahan bakar rumah tangga (rata-rata 84.000 liter). Hal itu menyebabkan CO2 dan timbal (Pb) melewati ambang batas yang diperkenankan. Ambang batas timbal (Pb) yang diperkenankan hanya 0,03 ug/l, kini rata-rata diatas 0,09 ug/l di beberapa tempat, seperti Kantor Pos Besar, Bunderan, Jl. Jend. Sudirman, dan Gedungkuning.[12] Begitu juga di Jakarta, dari kendaraan umum, 765.000 atau 60 % mengeluarkan gas buang diatas ambang batas baku mutu. Artinya setiap menit selalu keluar kandungan racun dari knalpot mobil itu, sulfur oksida, nitrogen oksida, dan timbal (Pb). Konsentrasi timbal di udara mencapai 1,7-3,5 mirogram per meterkubik dan pada 2005 mencapai 1,8-3,6 mikrogram per meterkubik. Padahal jumlah kendaraan roda empat di Jakarta mencapai 9,1 juta (1.274.000 berstatus kendaraan umum).[13]
Upaya yang bisa di tempuh antara lain : memperluas kawasan hijau (hutan kota), pemakaian bahan bakar akrab lingkungan (BBL), knalpot dipasang filter, dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.
4. Kerusakan Lingkungan
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah SWT berfirman : “Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. 2 : 11). Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mereka mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia. Allah SWT berfirman :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Katakanlah : “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. 30 : 41-42).
Di samping adanya problematika ketiga sumber daya vital di atas, Otto Soemarwoto membagi kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan bumi menjadi dua, yaitu kerusakan yang bersifat regional (seperti hujan asam) dan yang bersifat global (seperti pemanasan global, kepunahan jenis, dan kerusakan lapisan ozon di stratosfer).
Hujan asam disebabkan oleh pencemaran udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu gas bumi, minyak bumi dan batu bara. Pembakaran itu menghasilkan gas oksida belerang dan oksida nitrogen. Kedua jenis itu dalam udara mengalami reaksi kimia dan berubah menjadi asam (berturut-turut menjadi asam sulfat dan asam nitrat). Asam yang langsung mengenai bumi disebut deposisi kering dan asam yang terbawa hujan yang turun ke bumi disebut desposisi basah. Keduanya disebut hujan asam. Hujan asam menyebabkan kematian organisme air sungai dan danau serta kerusakan hutan dan bangunan.
Pemanasan global (global warning) adalah peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK) yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas (sinar inframerah) yang dipancarkan bumi. Gas itu disebut gas rumah kaca (GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap sehingga naiklah suhu permukaan bumi.
Seandainya tidak ada GRK dan karena itu tidak ada ERK, suhu permukaan bumi rata-rata hanya -18oC saja, terlalu dingin bagi kehidupan makhluk. Dengan adanya ERK suhu bumi adalah rata-rata 15oC, sehingga ERK sangat berguna bagi kehidupan di bumi. Akan tetapi, akhir-akhir ini semakin naiknya kadar GRK dalam atmosfer, yaitu CO2 dan beberapa gas lain (seperti CO2, CH4, dan N2O) menyebabkan naiknya intensitas ERK, sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula. Inilah yang disebut global warning.
Berbagai dampak negatif pemanasan global, yaitu menyebabkan perubahan iklim sedunia (perubahan curah hujan), naiknya frekuensi maupun intensitas badai (seperti di Banglades dan Filipina semakin menderita), dan bertambahnya volume air laut dan melelehnya es abadi di pegunungan dan kutub. Hal itu juga menyebabkan keringnya tanah dan kekeringan yang berdampak negatif terhadap pertanian dan perikanan.
Bertambahnya volume air laut, maka permukaan laut akan naik. Dengan laju kenaikan kadar GRK seperti sekarang diperkirakan pada sekitar 2030 suhu akan naik 1,5-4,5oC. Kenaikan suhu ini menyebabkan naiknya permukaan laut 25-140 cm. Dampak naiknya permukaan laut yakni tergenangnya daerah pantai, tambak, sawah dan kota yang rendah seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang serta beberapa pulau di Indonesia. Kenaikan permukaan laut juga menyebabkan laju erosi pantai. Untuk kenaikan permukaan laut 1 cm, garis pantai akan mundur 1m, sehingga kenaikan permukaan laut 25-140 cm, garis pantai mundur 25-140 m.
Kepunahan jenis berarti hilangnya sumber daya gen yang mengurangi kemampuan kita dalam pembangunan pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Penyebabnya antara lain karena adanya hujan asam dan penyusutan luas hutan, serta penggunaan sistem monokultur atau varietas unggul sehingga varietas lokal hilang, seperti varietas padi lokal yang hampir sirna.
Ozon ialah senyawa kimia yang terdiri atas tiga atom oksigen. Di lapisan atmosfer yang rendah ia mengganggu kesehatan dan di lapisan atas atmosfer ia melindungi makhluk hidup dari sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari. Apabila kadar ozon di stratosfer berkurang, kadar sinar ultraviolet yang sampai ke bumi bertambah. Maka resiko untuk mengidap penyakit kanker kulit, katarak dan menurunnya kekebalan tubuh akan meningkat. Penurunan kadar ozon disebabkan karena rusaknya ozon oleh segolongan zat kimia yang disebut clorofuorokarbon yang banyak digunakan dalam industri dan kehidupan kita, seperti gas freon (pendingin AC dan almari es), gas pendorong dalam aerosal (parfum, hairspray, dan zat racun hama) dan lainnya.
Bila kita tetap saja berkeras kepala menjejalkan gas rumah kaca ke atmosfer, sebelum akhir abad mendatang pasti akan terjadi perubahan iklim yang tak terduga, banyak angin ribut dan angin topan, air laut meredam pulau-pulau berdataran rendah, disamping munculnya padang pasir baru karena bumi yang makin panas.
Upaya nyata yang perlu dilakukan untuk menghindari bencana itu antara lain dengan menggunakan energi secara efisien, mengembangkan sumber energi baru dan aman, mencegah terjadinya kebakaran dan penggundulan hutan atau penebangan pohon secara besar-besaran, menanam pepohonan baru, menggalakan penggunaan transportasi umum. Atau kampanye besar-besaran untuk mengurangi penggunaan traktor, diesel, lemari es, kaleng semprot, AC dan lain-lain. Langkah ini mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Namun hal itu tetap harus dilakukan, seperti yang dicetuskan oleh Gurmit Singh : “Global warning on global warming demands global action”. Peringatan global terhadap pemanasan global menuntut adanya tindakan global.
5. Solusi Pengelolaan Lingkungan
Proses kerusakan lingkungan berjalan secara progresif dan membuat lingkungan tidak nyaman bagi manusia, bahkan jika terus berjalan akan dapat membuatnya tidak sesuai lagi untuk kehidupan kita. Itu semua karena ulah tangan manusia sendiri, sehingga bencananya juga akan menimpa manusia itu sendiri QS. 30 : 41-42.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan yang dapat kita lakukan diantaranya dengan pengembangan Sumber Daya Manusia yang handal, pembangunan lingkungan berkelanjutan, dan kembali kepada petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya dalam pengelolaan lingkungan hidup. Adapun syarat SDM handal antara lain SDM sadar akan lingkungan dan berpandangan holistis, sadar hukum, dan mempunyai komitmen terhadap lingkungan.
Kita diajarkan untuk hidup serasi dengan alam sekitar kita, dengan sesama manusia dan dengan Allah SWT. Allah berfirman : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmatan lil’alamiin” (QS. 21 : 107). Pandangan hidup ini mencerminkan pandangan yang holistis terhadap kehidupan kita, yaitu bahwa manusia adalah bagian dari lingkungan tempat hidupnya. Dalam pandangan ini sistem sosial manusia bersama dengan sistem biogeofisik membentuk satu kesatuan yang disebut ekosistem sosiobiogeofisik, sehingga manusia merupakan bagian dari ekosistem tempat hidupnya dan bukannya hidup diluarnya. Oleh karenanya, keselamatan dan kesejahteraan manusia tergantung dari keutuhan ekosistem tempat hidupnya. Jika terjadi kerusakan pada ekosistemnya, manusia akan menderita. Karena itu walaupun biogeofisik merupakan sumberdaya bagi manusia, namun pemanfaatannya untuk kebutuhan hidupnya dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada ekosistem. Dengan begitu manusia akan sadar terhadap hukum yang mengatur lingkungan hidup dari Allah SWT dan komitmen terhadap masalah-masalah lingkungan hidup.
Pandangan holistik juga berarti bahwa semua permasalahan kerusakan dan pengelolaan lingkungan hidup harus menjadi tanggung jawab oleh semua pihak (pemerintah, LSM, masyarakat, maupun orang perorang) dan semua wilayah (baik lokal, regional, nasional, maupun internasional). Atau dalam konsep Partai Keadilan, lingkungan hidup harus dikelola secara integral, global dan universal menuju prosperity dan sustainability.[14]
Kesimpulan, bahwa ini adalah alasan yang mungkin mengapa Allah menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang petingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini. Kualitas lingkungan hidup sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Allah SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
[1] Yusuf Al Qaradlawi, Dr. 1997. Fiqih Peradaban : Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan. Surabaya. Dunia Ilmu. Hal.183
[2] Abdul Majid bin Aziz Al-Qur’an Zindani (et. Al-Qur’an.). 1997. Mujizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang IPTEK. Jakarta. Gema Insani Press. Hal. 194.
[3] Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Hal. 849.
[4] Undang-Undang No. 4 Tahun 1982.
[5] Otto Soemarwoto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta. Djambatan. Hal. 59.
[6] Bruce Mitchell, dkk. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
[7] Imam Ahmad, al-Nasa’i, al-Darami, dan Imam al-Hakim meriwayatkan dan al-Hakim menganggap sahih hadits tersebut dari Abdullah bin Amr Ra.
[8] Moh. Soerjani, dkk. 1987. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta. UI-Press. Hal. 39.
[9] Eko Budihardjo, Prof. Ir. MSc. 1997. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Yogyakarta. Andi Offset. Hal. 26-27
[10] Lihat Kompas, 18 Januari 2001. Hal. 8, 18.
[11] Widi Agus Pratikno, dkk. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. Yogyakarta. BPFE. Hal. 10-12.
[12] Kedaulatan Rakyat. Minggu, 16 April 2000. Tahun LV Nomor 197. Hal. 8.
[13] Republika. Minggu, 23 April 2000. Nomor 103 Tahun Ke-8. Hal. 1.
[14] ______. 1999. Visi Pembangunan IPTEK dan Lingkungan Hidup Partai Keadilan : Kesejahteraan, Kemandirian dan Kesinambungan. Jakarta. Departemen IPTEK-Lingkungan Hidup. Hal. 23Dikutip dari : dkmfahutan.wordpress.com
Allah telah berkehendak menjadikan manusia lebih unggul dari pada binatang, namun hal tersebut tidak menutup kenyataan bahwa binatang pun memiliki jiwa, hati dan perasaan sebagaimana manusia, dan binatang pun merupakan teman, sahabat dan penolong kita dalam menjalani kehidupan ini.
Rasulullah telah memahami hakikat di atas sejak dulu kala. Beliau tidak membatasi cintanya hanya untuk manusia saja. Beliau pun menyisihkan sebagian hatinya untuk cintanya kepada makhluk yang lebih lemah dari manusia, yakni binatang. Cintanya memenuhi semua makhluk-Nya.
Cinta Rasulullah adalah cinta tak berbatas dengan semua sifat, ukuran dan bentuk. Perasaannya melanglang jauh ke semua penjuru dan ke semua hal di alam semesta ini. Beliau mencintai semua yang ada di alam ini, baik itu manusia, binatang, burung, tumbuhan dan bahkan benda mati sekalipun. Beliau mencintai segalanya! Semua yang ada di muka bumi ini, tidak peduli besar dan kecilnya, ringan dan beratnya. Kesemuanya itu memiliki tempat tersendiri dalam hatinya. Beliau tidak pernah sekali pun menebang pepohonan ataupun memetik bunga dengan sia-sia. Bahkan beliau menganjurkan kepada para sahabatnya untuk menanam pohon dan bunga serta merawatnya dengan baik dan penuh kasih sayang.
Cinta Rasulullah tidak hanya terbatas pada makhluk hidup saja; namun juga kepada benda mati. Beliau pun mencintai lautan, bebatuan, sungai dan pegunungan. Di kala beliau melewati pegunungan Uhud, beliau mengungkapkan, “Uhud sebuah gunung! Ia mencintai kita dan kita pun mencintainya.”
Renungkanlah betapa lembut hatinya. Bahkan benda mati pun, termasuk pegunungan dan padang pasir dicintainya. Rasulullah bisa merasakan keberadaannya dan berempati dengan apa yang dirasakannya. Padang pasir pun bisa mencintai kita bila kita bisa mencintainya. Rasulullah Saw. mencintai bebatuan dan bebatuan pun mencintainya.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat Rasulullah sedang berjalan dan beliau menyaksikan seekor unta tampak sangat kelaparan. Unta tersebut terikat pada sebatang pohon. Rasulullah marah melihat keadaan tersebut dan memerintahkan para sahabatnya untuk melepaskan ikatan unta tersebut dan membebaskannya. Beliau pun mewasiatkan kepada orang-orang yang berada di tempat kejadian untuk takut kepada Allah atas apa yang dilakukannya kepada binatang yang lemah dengan selalu memberikannya istirahat, makan dan bersikap lemah lembut baik ketika sang binatang sedang bekerja, berjalan ataupun dalam rutinitas lainnya. Rasulullah Saw. bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah atas binatang-binatang yang kalian pelihara. Bila kalian menunggangi binatang, maka berikanlah hak tempat tinggalnya dan janganlah menjadi syetan untuknya- yakni suka menzaliminya.” (al-Hadits).
Bahkan Rasulullah pun menegur Aisyah selaku istrinya, yang tidak memberikan perlakuan yang baik kepada binatang. Teguran Rasulullah menyadarkannya akan kesalahan yang dibuatnya dan membuatnya berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan serupa selamanya.
Diriwayatkan bahwa Aisyah sedang menaikinya kudanya dalam suatu perjalanan; namun nampaknya jalan kudanya sangat lamban. Aisyah takut tertinggal rombongannya dan ia pun memukul kudanya agar sang kuda bisa berjalan lebih cepat. Rasulullah marah melihat perbuatannya tersebut dan menegurnya. Beliau mengatakan padanya dengan penuh nasihat,
“Wahai Aisyah! Bersikap lemah lembutlah! Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang yang bersikap lemah lembut sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada orang yang kasar. Barang siapa yang tidak bersikap lemah lembut, maka ditutuplah semua jalan kebaikan untuknya.” (al-Hadits)
Abdurrahman bin Abdullah berkata, di kala kami sedang bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan, kami melihat anak-anak burung yang cantik dan kami pun mengambilnya. Lalu datang sang induk burung berputar di sarangnya mencari anak-anaknya. Di kala Rasulullah melihat kegelisahan sang induk burung yang kehilangan anaknya, beliau pun lalu menoleh kepada kami dan menunjukkan amarahnya seraya berkata, “Siapa yang tega melakukan ini pada sang induk?” Lalu kami pun melaporkan apa yang telah kami lakukan dan Rasulullah Saw. pun lalu berkata, “Kembalikan anak-anak burung tersebut kepada induknya.” Beliau pun menyadarkan kami atas apa yang telah kami lakukan. (al-Hadits).
Rasulullah Saw. memiliki hati yang sangat lembut dan bisa berempati dengan apa yang dirasakan oleh induk burung yang sangat lemah tersebut. Hatinya yang sangat dalam bagaikan radar dan bisa langsung mendeteksi penderitaan siapapun yang ada di sekitarnya. hatinya tidak akan pernah tenang kecuali bila beliau mampu menghilangkan penderitaan tersebut. Hatinya seolah alat berteknologi tinggi yang menggambarkan dan mencatat akan perasaan semua makhluk dan seolah mampu mendengarkan semua pengaduan. Dengan itu semua maka beliau akan menenangkan perasaan mereka dengan membasuh air mata yang keluar, dengan mengobati anggota tubuh yang terluka, dengan memenuhi kebutuhan mereka dan meringankan penderitaan yang mereka rasakan.
Cintanya seolah tervisualisasi dan tersebar di segala penjuru. Beliau mencintai Tuhannya dan semua makhluk-Nya; mencintai Allah dan semua ciptaan-Nya; mencintai Yang Mengadakan dan yang ada.
Dikutip dari : http://dkmfahutan.wordpress.com
Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global (global warming), yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi.
Dampak pemanasan global itu diantaranya, terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih ataupun kekeringan dan kebakaran hutan.
Lebih lanjut, pemanasan global telah memicu terjadinya perubahan iklim (climate change) yang berdampak timbulnya berbagai wabah penyakit, seperti malaria dan demam berdarah.
Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.
Penelitian dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global.
Indonesia yang terletak di equator merupakan negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim ini. Dampak tersebut telah dirasakan pada tahun 1998 yang menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18.000 pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut.
Perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global telah menjadi isu besar di dunia. Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan menyebabkan kepunahan habitat di sana merupakan bukti lain dari pemanasan global.
Pemanasan global disebabkan kegiatan manusia yang mengasilkan emisi gas sulfur dioksida (SO2) dan gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) biasa berasal dari industri, kendaraan bermotor, pembangkit listrik bahkan penggunaan listrik secara berlebihan. Efek rumah kaca terjadi akibat gas rumah kaca yang terkumpul di atmosfer membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi tidak dapat lepas ke atmosfer.
Karena itu yang harus dilakukan untuk mengatasi ancaman pemanasan global adalah melakukan mulai dari hal yang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menghemat penggunaan energi listrik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi serta menguji emisi kendaraan, dan menghentikan penebangan dan pembakaran hutan.
Alternatif lain adalah menggunakan energi terbarukan seperti matahari, air dan angin yang lebih ramah lingkungan.
Sumber : walhi.or.id dan kapanlagi.com
Dikutip dari : http://dhartodar.wordpress.com
, dinobatkan sebagai peraih Nobel Perdamaian 2007. Keduanya, menurut komite nobel di Oslo, Norwegia, berjasa dalam mendorong dunia untuk mencegah gawatnya pemanasan global. Padahal, selama ini Nobel Perdamaian selalu dikaitkan dengan perang, pelucutan senjata, pengurangan ataupun penghapusan pasukan.
Dikutip dari : aldi7juli.wordpress.com
Isu pemanasan global saat ini menjadi masalah utama yang harus dihadapi. Saat ini suhu terasa semakin panas. Temperatur udara meningkat. Es di kutub mencair. Salju di puncak gunung meleleh, akibatnya permukaan air laut naik, banjir pasang pun terjadi. Pantai akan semakin menjorok ke daratan.
Mengerikan…
Sebenarnya pemanasan ini timbul akibat ulah manusia juga. Penggunaan elektronika penghasil panas yang berlebihan. Pemakaian AC sepanjang hari, pemakaian kendaran bermotor secara masal, hingga pemakaian kantong plastik yang dalam pembuatannya memakan energi yang memakan banyak energi.
Salah satu kepedulian terhadap pemanasan global ini adalah penemuan material-material yang ramah lingkungan, penggunaan produk yang hemat energi dan dalam dunia arsitektur adalah penggunaan rumah ramah lingkungan.
Jika kita ingin memiliki rumah yang memiliki udara sehat, pencahayaan alami yang cukup, kita bisa mendesain rumah seperti salah satu dibawah ini:
Bagaimana rumah ramah lingkungan itu? pada dasarnya rumah ramah lingkungan menerapkan konsep rumah hemat energi. Banyak memanfaatkan pengudaraan alami dan pencahayaan alami. Desain rumah sedemikian rupa sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada AC dan lampu.
Dalam memanfaatkan cahaya matahari, yang diperlukan adalah “terang” nya sedangkan “panas” nya dihindari. Salah satu caranya adalah memanfaatkan arah timur/barat/ atau utara/selatan. Jendela harus berkanopi dengan sehingga terpaan langsung cahaya matahari dapat diminimalkan.
Faktor-faktor yang mendukung sebuah rumah menjadi rumah ramah lingkungan antara lain:
1. Rangka atap baja ringan
Penggunaan baja ringan ini sebagai jawaban atas semakin menipisnya jumlah kayu hutan kita. Baja ringan lebih efektif dalam aplikasi atap. Pengerjaannya lebih efisien dalam waktu, dan lebih presisi karena buatan pabrik.
2. kusen, daun jendela, pintu menggunakan alumunium/ PVC/ UPVC
3. Plafond menggunakan gypsum dan rangka besi holow
4. Atap tinggi
Hal ini bermanfaat untuk sirkulasi udara yang berada di dalam rumah.
5. Tritisan lebar
6. Banyak bukaan
7. Plafond tinggi
8. Kanopi tiap jendela
9. Luas bangunan sebaiknya tidak lebih dari 60% luas lahan
Perbandingan antara luas bangunan dengan lahan hijau idealnya adalah 60-40. Yang mana fungsi taman tidak hanya sekedar mempercantik penampilan rumah, tetapi juga sebagai daerah resapan air hujan. Agar taman dapat dengan mudah menyerap air hujan, caranya tidak hanya dengan tanaman ,tetapi juga memberi pori-pori tanah dengan cara melubangi. Selain sebagai resapan, taman juga berfungsi sebagai penyaring kebisingan dan debu. Tentu rumah akan menjadi sehat jika minim debu.
nb.
Sumber berita diperoleh dari beberapa majalah dan internet yang saya catat di buku harian bulan januari 2008.
>> intinya saya lupa nama majalah dan alamat web nya. Tapi bisa dipertanggungjawabkan. hehehe
Seuai dengan rikwes,,saya akan memberi contoh-contoh bangunan ramah lingkungan. Untuk rumah ramah lingkungan dapat diadaptasi dari kriteria-kriteria yang tersebut diatas. Yang membanggakan, saat ini global warming dalam arsitektur telah menjadi tema hunian 2008 oleh banyak pengembang realestate. Jadi untuk referensi, datang saja ke pameran perumahan, ambil brosur sebanyak-banyaknya, dan desain rumah sesuai dengan yang kita inginkan.
Disini saya ingin menampilkan desain yang membuat saya berpikir ” inilah gunanya otak dan hati”. hehehe
Gambar-gambar ini saya ambil dari internet, jadi saya juga menyertakan link nya.
Zoro house, rumah canggih yang ramah lingkungan
Salah seorang arsitek yang menginspirasi saya juga membahas tentang perlunya menjaga keseimbangan antara ekologi dalam kondisi saat ini. Arsitek Gramedia Expo yang juga dosen urban design ITB ini selalu mengadaptasi ekologi dalam desainnya. Ini yang membuat saya mengagumi beliau.
Dikutip dari : http://risdania.files.wordpress.com