BELAJAR MENCINTAI ALAM DARI RASULULLAH SAW

on Selasa, 18 Agustus 2009

Allah telah berkehendak menjadikan manusia lebih unggul dari pada binatang, namun hal tersebut tidak menutup kenyataan bahwa binatang pun memiliki jiwa, hati dan perasaan sebagaimana manusia, dan binatang pun merupakan teman, sahabat dan penolong kita dalam menjalani kehidupan ini.

Rasulullah telah memahami hakikat di atas sejak dulu kala. Beliau tidak membatasi cintanya hanya untuk manusia saja. Beliau pun menyisihkan sebagian hatinya untuk cintanya kepada makhluk yang lebih lemah dari manusia, yakni binatang. Cintanya memenuhi semua makhluk-Nya.

Cinta Rasulullah adalah cinta tak berbatas dengan semua sifat, ukuran dan bentuk. Perasaannya melanglang jauh ke semua penjuru dan ke semua hal di alam semesta ini. Beliau mencintai semua yang ada di alam ini, baik itu manusia, binatang, burung, tumbuhan dan bahkan benda mati sekalipun. Beliau mencintai segalanya! Semua yang ada di muka bumi ini, tidak peduli besar dan kecilnya, ringan dan beratnya. Kesemuanya itu memiliki tempat tersendiri dalam hatinya. Beliau tidak pernah sekali pun menebang pepohonan ataupun memetik bunga dengan sia-sia. Bahkan beliau menganjurkan kepada para sahabatnya untuk menanam pohon dan bunga serta merawatnya dengan baik dan penuh kasih sayang.

Cinta Rasulullah tidak hanya terbatas pada makhluk hidup saja; namun juga kepada benda mati. Beliau pun mencintai lautan, bebatuan, sungai dan pegunungan. Di kala beliau melewati pegunungan Uhud, beliau mengungkapkan, “Uhud sebuah gunung! Ia mencintai kita dan kita pun mencintainya.”

Renungkanlah betapa lembut hatinya. Bahkan benda mati pun, termasuk pegunungan dan padang pasir dicintainya. Rasulullah bisa merasakan keberadaannya dan berempati dengan apa yang dirasakannya. Padang pasir pun bisa mencintai kita bila kita bisa mencintainya. Rasulullah Saw. mencintai bebatuan dan bebatuan pun mencintainya.

Diriwayatkan bahwa pada suatu saat Rasulullah sedang berjalan dan beliau menyaksikan seekor unta tampak sangat kelaparan. Unta tersebut terikat pada sebatang pohon. Rasulullah marah melihat keadaan tersebut dan memerintahkan para sahabatnya untuk melepaskan ikatan unta tersebut dan membebaskannya. Beliau pun mewasiatkan kepada orang-orang yang berada di tempat kejadian untuk takut kepada Allah atas apa yang dilakukannya kepada binatang yang lemah dengan selalu memberikannya istirahat, makan dan bersikap lemah lembut baik ketika sang binatang sedang bekerja, berjalan ataupun dalam rutinitas lainnya. Rasulullah Saw. bersabda,

“Bertakwalah kepada Allah atas binatang-binatang yang kalian pelihara. Bila kalian menunggangi binatang, maka berikanlah hak tempat tinggalnya dan janganlah menjadi syetan untuknya- yakni suka menzaliminya.” (al-Hadits).

Bahkan Rasulullah pun menegur Aisyah selaku istrinya, yang tidak memberikan perlakuan yang baik kepada binatang. Teguran Rasulullah menyadarkannya akan kesalahan yang dibuatnya dan membuatnya berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan serupa selamanya.

Diriwayatkan bahwa Aisyah sedang menaikinya kudanya dalam suatu perjalanan; namun nampaknya jalan kudanya sangat lamban. Aisyah takut tertinggal rombongannya dan ia pun memukul kudanya agar sang kuda bisa berjalan lebih cepat. Rasulullah marah melihat perbuatannya tersebut dan menegurnya. Beliau mengatakan padanya dengan penuh nasihat,

“Wahai Aisyah! Bersikap lemah lembutlah! Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang yang bersikap lemah lembut sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada orang yang kasar. Barang siapa yang tidak bersikap lemah lembut, maka ditutuplah semua jalan kebaikan untuknya.” (al-Hadits)

Abdurrahman bin Abdullah berkata, di kala kami sedang bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan, kami melihat anak-anak burung yang cantik dan kami pun mengambilnya. Lalu datang sang induk burung berputar di sarangnya mencari anak-anaknya. Di kala Rasulullah melihat kegelisahan sang induk burung yang kehilangan anaknya, beliau pun lalu menoleh kepada kami dan menunjukkan amarahnya seraya berkata, “Siapa yang tega melakukan ini pada sang induk?” Lalu kami pun melaporkan apa yang telah kami lakukan dan Rasulullah Saw. pun lalu berkata, “Kembalikan anak-anak burung tersebut kepada induknya.” Beliau pun menyadarkan kami atas apa yang telah kami lakukan. (al-Hadits).

Rasulullah Saw. memiliki hati yang sangat lembut dan bisa berempati dengan apa yang dirasakan oleh induk burung yang sangat lemah tersebut. Hatinya yang sangat dalam bagaikan radar dan bisa langsung mendeteksi penderitaan siapapun yang ada di sekitarnya. hatinya tidak akan pernah tenang kecuali bila beliau mampu menghilangkan penderitaan tersebut. Hatinya seolah alat berteknologi tinggi yang menggambarkan dan mencatat akan perasaan semua makhluk dan seolah mampu mendengarkan semua pengaduan. Dengan itu semua maka beliau akan menenangkan perasaan mereka dengan membasuh air mata yang keluar, dengan mengobati anggota tubuh yang terluka, dengan memenuhi kebutuhan mereka dan meringankan penderitaan yang mereka rasakan.

Cintanya seolah tervisualisasi dan tersebar di segala penjuru. Beliau mencintai Tuhannya dan semua makhluk-Nya; mencintai Allah dan semua ciptaan-Nya; mencintai Yang Mengadakan dan yang ada.


Dikutip dari : http://dkmfahutan.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar