EKONOMI BERBASIS PENGETAHUAN=SAHABAT ALAM

on Minggu, 16 Agustus 2009

Karena alam sudah mulai tidak bersahabat lagi, maka kaya dengan bersandarkan pada sumber daya alam, bukan zamannya lagi. Sekarang ini, eranya ekonomi berbasis pengetahuan
Ingatkah kita kepada sang legenda Paul Getty si raja minyak yang dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia oleh majalah fortune tahun 1957 dalam usianya yang ke 65 tahun. Ketika dia meninggal dunia dalam usianya yang ke-83 tahun di rumah mewahnya, di Sutton Place, dekat Guildford, Inggris, 6 Juni 1976, dia meninggalkan warisan lebih dari 4 milliar dolar atau sekitar Rp 4 triliun.
gettyTernyata, kedigjayaan Paul (Foto disamping) sebagai orang terkaya di dunia tidak bertahan lama. Bahkan pundi-pundi kekayaan dan asetnya cenderung menurun, namanya hanya dikenang sebagai juragan minyak yang eksplorasinya tidak hanya di Amerika Serikat, juga merambah ke pusatnya di Timur Tengah. Itupun berlaku bagi juragan minyak lainnya, seperti John Davison Rockefeller dan mereka yang lain, yang menjadi Multijutawan berkat penguasaan sumber daya alam.
Alasannya, seperti yang dikatakan pakar manajemen kondang dunia Peter Drucker, karena sumber daya alam terbatas, tidak dapat menjadi andalan karena terus terdepresiasi, bahkan memunculkan kerusakan lingkungan yang ujung-ujungnya merugikan umat manusia. Beberapa dampak yang dapat kita lihat saat ini, cuaca yang berubah, bencana alam datang silih berganti, kebakaran dan penggundulan hutan, membuat dunia prihtin terhadap pemanasan global dewasa ini.
Saking mengkhawatirkannya, bahkan digambarkan dengan sebutan GLOBAL WARNING oleh Albert Arnold “Al” Gore (Mantan Wapres AS era Bill Clinton) dan Panel Antar Pemerintahan PBB masalah peubahan iklim (IPCC)
, dinobatkan sebagai peraih Nobel Perdamaian 2007. Keduanya, menurut komite nobel di Oslo, Norwegia, berjasa dalam mendorong dunia untuk mencegah gawatnya pemanasan global. Padahal, selama ini Nobel Perdamaian selalu dikaitkan dengan perang, pelucutan senjata, pengurangan ataupun penghapusan pasukan.
Gore memaparkan dampak buruk pemanasan global itu dalam film dokumenter yang berjudul An Inconvenient Truth (2006). Film yang dibintanginya itu meraih Academy Award 2007 sebagai film dokumentasi terbaik, Dia menilai film itu merupakan bagian dari “kuliah keliling” mengenai ancaman pemanasan global.
an-inconvenient-truth-for-kidz-thumb
Martin Taylor dari Royal Society (Akademi Sains Inggris) ataupun Jefrey Sach dari Earth Institute Columbia University. New York, Amerika Serikat, sepakat bahwa perubahan iklim maupun pemanasan global rentan sebagai pemicu pertikaian antar suku, bangsa dan negara. Kekeringan, gagal panen, masalh kesehatan, maupun banjir menimbulkan pengungsian, migrasi dan benturan antar bangsa.
dampak-pemanasan-globalMengingat dampak pemanasan global saat ini, maka kekayaan dan kemakmuran seharusnya dicapai bukan lagi dengan cara bertikai mencari lahan basah dan mengeksplorasi alam semaunya, melainkan identik dengan diri pribadi sebagai individu, yang dalam bahasa menejemen Peter Drucker, menjadikan diri kita berpengetahuan dan sebagai pekerja terdidik. Seperti yang telah di buktikan oleh Bill Gates, Larry Elison, Paul Allen, dsb, kekayaan mereka tak pernah melorot ataupun pudar seperti halnya jutawan-jutawan yang bersandar pada kekayaan alam seperti Minyak, Emas, Batubara dan sebagainya. Janganlah berangan jadi jutawan lantaran punya Tambang emas, minyak batubara, dll. Tapi raihlah pengetahuan, yang bisa mendongkrak kita menjadi jutawan sejati.

Dikutip dari : aldi7juli.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar